Rabu, 20 Maret 2013

Ya Rasulullah Seandainya Aku Tidak Buta, Tentu Aku Sudah Pergi Berjihad


ABDULLAH bin Umar bin Syuraikh, seorang sahabat asal Quraisy ini termasuk peserta hijrah ke Madinah rombongan pertama. Beliau sampai di Madinah sebelum kedatangan Rasulullah Shalalahu ‘alaihi Wassalam. Beliau meninggal dalam peperangan Qadisiah membawahi sebuah brigade.
‘Abdullah bin Ummi Maktum, orang mekah suku Quraisy. Dia mempunyai ikatan keluarga dengan Rasululah Shalalahu ‘alaihi Wassalam. Yaitu anak paman Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid Ridhwanullah ‘Alaiha. Bapaknya Qais bin Zaid, dan ibunya ‘Atikah binti ‘Abdullah. Ibunya bergelar “Umi Maktum” karena anaknya ‘Abdullah lahir dalam keadaan buta total.

Kezuhudan Gubernur Itu Membuat Umar Menangis



SAID bin Umar al Jumahi, termasuk seorang pemuda di antara ribuan orang yang pergi ke Tan’im, di luar kota Makkah. Mereka berbondong-bondong ke sana, dikerahkan para pemimpin Quraisy untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman mati terhadap Khubaib bin Adi, yaitu seorang sahabat Nabi yang mereka hukum tanpa alasan.
Dengan semangat muda yang menyala-nyala, Said maju menerobos orang banyak yang berdesak-desakan. Akhirnya dia sampai ke depan, sejajar dengan tempat duduk orang-orang penting, seperti Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin Umayah dan lain-lain.

Jumat, 08 Maret 2013

Amerika Dibuat Gentar Pria Mualaf Ini


Pada tanggal 1 Juni 2009 yang lalu, berkisar empat tahun yang lalu , seorang lelaki telah menggemparkan Amerika. 
Pada hari itulah, Abdul Hakeem Mujahid Muhammad, seorang mualaf yang baru masuk Islam, melepaskan tembakan kepada dua orang tentara Amerika yang tengah berada di luar kantor penerimaan tentara di Little Rock, Arkansas. Itu adalah serangan Jihadi pertama yang penuh berkah semenjak 11 September 2001.
Kegemparan dan ketakutan serta perhatian serius Pemerintah Amerika, demikian juga segenap rakyat Amerika menunjukkan betapa berpengaruhnya dampak serangan tersebut. Amerika, selama beberapa tahun (semenjak 11 September 2001), relatif dalam keadaan aman. Mereka percaya, sebagaimana mereka melihat keterlibatan negara mereka dalam berbagai perang, bahwa konflik hanya akan terjadi di luar negeri. 
Abdul Hakeem Mujahid Muhammad menghancurkan perasaan aman tersebut dan menghujamkan rasa takut dan kekhawatiran kepada musuh Allah, Amerika. Tetapi sesungguhnya yang membuat dampak yang sedemikian besar itu bukanlah apa yang Beliau lakukan terhadap sang kuffar, tetapi alasan yang melatarbelakanginya melakukan aksi penuh berkah itu.
Mencoba memahami motif apa yang telah menuntunnya akan memberikan pelajaran berharga bagi Ummah, satu pelajaran yang tak mungkin dapat diabaikan.
Abdul Hakeem Mujahid Muhammad awalnya pernah ditahan di Yaman setelah ia pergi ke sana untuk tugas belajar. Ia dilaporkan ke pihak keamanan Yaman karena memakai paspor palsu Somalia.

Di sanalah taqdir ternyata mempertemukan Abdul Hakeem Mujahid Muhammad dengan lingkar-lingkar studi keislaman, di mana ia kemudian banyak belajar tentang dasar-dasar Islam dan Jihad di Jalan Allah, atau seperti yang secara ‘cerdik’ dipropagandakan media, ia mengalami ‘radikalisasi’ pemikiran. 
Pada titik tersebut juga Abdul Hakeem Mujahid Muhammad mulai berada di bawah pengawasan dan penyelidikan Kesatuan Khusus Anti Teror FBI. Ia kemudian kembali ke Amerika, masih di dalam pengawasan ketat FBI. Tidak lama setelah kembalinya ke Amerika, ia mengalami berbagai peristiwa yang ia gambarkan sebagai “situasi yang penuh gejolak” dalam kehidupannya. 
Itulah saat-saat ketika Allah Rabbul Alamin mengukuhkan imannya dan memenuhi hatinya dengan izzah, hingga ia memiliki keberanian luar biasa untuk melaksanakan aksi penembakan dua tentara Amerika, membuat salah seorang terbunuh, dan seorang lagi terluka parah. Ia kemudian segera ditangkap.
“Menurutku ini bukanlah pembunuhan. Pembunuhan adalah jika engkau menghilangkan nyawa seseorang tanpa alasan yang dapat dibenarkan. Apa yang aku lakukan memiliki alasan yang kuat berdasarkan pandangan Islam dan juga berdasarkan sisi kemanusiaan. 

Kalian semua tahu, angkatan bersenjata Amerika bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan ummat Islam tak berdosa, pria, wanita, anak-anak…. 

Dan kami meyakini bahwa semua itu harus dibalas. Kami tidak meyakini jika seseorang menampar pipi kirimu maka engkau harus beri pipi kananmu. Kami meyakini darah dengan darah, mata dengan mata… 

Aku tegaskan kembali, ini bukanlah karena masalah pribadi, karena aku tidak mengenal mereka (dua tentara itu) secara pribadi. Ya benar, ini adalah penyerangan, pembalasan. 

Dan saya meyakini, serangan yang lain, bukan dari aku atau orang-orang yang aku kenal, tetapi tepatnya oleh Kaum Muslim di negeri ini dan di tempat yang lain, akan diarahkan kepada Amerika atas apa yang Amerika lakukan terhadap dunia Islam”.
Pernyataan ini sendiri menggentarkan banyak orang melebihi aksi serangan yang ia lakukan. Keterbukaan dan kejujuran dari pernyataannya ini memberikan kepada Ummah satu pelajaran berharga, pelajaran yang telah lama dilupakan.

Kenyataan saat ini, banyak ‘muslim’ memandang bahwa tentara Amerika, juga tentara negeri lainnya, adalah pribadi-pribadi malang yang terjebak dalam sistem yang memaksa mereka, dan mereka tidak dapat keluar. 
Berdasarkan pandangan tersebut, mereka mempropagandakan ide agar kita bersikap penuh welas asih,lemah lembut, dan penuh pengertian terhadap posisi dari para prajurit tersebut. Bahwa mendukung tentara Amerika bukan berarti mendukung kelakuan mereka, tetapi mendukung mereka sebagai pribadi manusia. 
Pandangan serta propaganda seperti ini tidaklah bernilai apa-apa kecuali sebagai sebuah tipuan setan. Amerika, dan hampir semua negeri-negeri barat/eropa, bukanlah negeri yang tengah benar-benar membutuhkan kampanye wajib militer atas warga negaranya. Artinya negara tidak membutuhkan Anda untuk ikut program wajib militer selama beberapa tahun dalam dinas ketentaraan. 
Jadi sebenarnya sang tentara itu sendiri yang dengan kemauan sendiri menandatangani kontrak kerja dengan militer dan ‘menjual jiwanya’ untuk menjadi budak negara Amerika Serikat. Mereka memahami seluruh kondisinya ketika mereka membuat pilihan masuk dalam kemiliteran itu, dan mereka melakukannya atas kehendak sendiri, secara sadar, tanpa paksaan.
Maka menjadi jelas kedudukannya, bahkan bagi orang bodoh sekalipun, bahwa para tentara ini bukanlah jiwa-jiwa malang yang layak dikasihani, tetapi mereka ini adalah sekelompok orang yang digambarkan Allah SWT lewat lisan nabiNya saw:
“Barangsiapa yang memusuhi para waliKu, maka Aku menyatakan peperangan terhadap mereka…” (HR Bukhari, Hadits Qudsi)
Abdul Hakeem Mujahid Muhammad telah mengajarkan kepada kita, bahwa bangsa-bangsa yang telah melancarkan permusuhan terhadap para wali Allah, pada Mujahidin, pada Ummat Islam, maka militer dan tentara mereka secara otomatis menjadi bagian tak terpisahkan dari permusuhan itu.
Apa yang telah dilakukan oleh Abdul Hakeem Mujahid Muhammad seakan memaparkan kembali kepada kita semua satu kenyataan pahit hari ini, bahwa kita tidak sedang hidup dalam masa keemasan Khilafah Islam yang agung, tetapi kita tengah hidup pada masa fitnah, penindasan, penghinaan, dan kebengisan musuh.

Kata-kata Abdul Hakeem Mujahid Muhammad seakan menggema menembus waktu dan terpatri kukuh dalam perjalanan sejarah, “…Kalian semua tahu, angkatan bersenjata Amerika bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan ummat Islam tak berdosa, pria, wanita, anak-anak…. Dan kami meyakini bahwa semua itu harus dibalas….”
Bukankah pembunuhan orang-orang tak berdosa Ummat kita ini adalah fitnah? Bukankah hari ini adalah hari-hari kelam bencana penindasan? Tidakkah jaman kita ini adalah jaman kekuasaan jabbarin anid, musuh yang bengis dan tak mengenal belas kasih? Tidakkah jaman kita ini jaman Jihad, di mana Allah membuka kesempatan bagi semua Muslim untuk terjun dan menyambut seruannya?

Diriwayatkan oleh Shahabat Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda:

“Seorang muslim tidak akan dikumpulkan Allah bersama dengan orang kafir yang dibunuhnya di Neraka” (Shahih Muslim)

Sumber : islampos

Rabu, 06 Maret 2013

Sepuluh Tahun Aku Membenci Suamiku

Happy Muslim FamilyKISAH di bawah ini beredar di berbagai forum, fanpage facebook, dan blog. Entah siapa yang menuliskannya, namun satu hal yang pasti, kita bisa memetik pelajaran sangat banyak darinya. Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun

Senin, 04 Maret 2013

Bukti Ilmiah Mukjizat Rasulullah Membelah Bulan Ditemukan. Subhanallah..!!



 


 

Berbagai macam mukjizat telah diberikan Allah SWT kepada kekasihNya Rasullah Muhammad SAW, untuk memberi kebenaran atas Kerasulan yang disandangnya. Salah satu mukjizat dari Rasulullah Muhammad SAW, ialah “Membelah Bulan”. Sebagaimana hadits riwayat Abdullah bin Mas`ud Radhiyallahu’anhu berikut ini, ia berkata :
“Bulan terbelah menjadi dua pada masa Rasulullah SAW lalu Rasulullah SAW bersabda : Saksikanlah oleh kalian.” (Shahih Muslim No. 5010)


Hadist riwayat Anas RA, dia berkata :
“Penduduk Makkah meminta kepada Rasulullah SAW untuk diperlihatkan kepada mereka satu mukjizat (tanda kenabian), maka Rasulullah SAW memperlihatkan kepada mereka mukjizat terbelahnya bulan sebanyak dua kali.” (Shahih Muslim No. 5013)

Ini Dia Surat Hamas Kepada Hasan Nasrullah

images
PEMELUK Syiah di Indonesia—atau di mana pun dalam hal ini—sangat bangga berita bahwa “Iran membantu Hamas”  dalam perang melawan Israel. Ikon terbaru mereka adalah rudal M75, yang kemudian dengan tegas ditolak oleh Bara ‘Nizar Rayyan, bahwa rudal M75 diproduksi oleh Al-Qassam.
Berikut adalah surat langsung dari Hamas yang ditujukan kepada Hasan Nasrullah. Bara ‘Nizar Rayyan, salah satu pemimpin Hamas (putra DR Nizar Rayyan), melemparkan kritik keras kepada Sekjen Hizbullah Lebanon itu.